Minggu, 02 Februari 2020

Satu Paket Pesanan-mu


            Hari ini aku sedang duduk di meja sebuah café yang membawa pikiranku melanglang buana entah kemana. Saat aku menuliskan kata demi kata pada lembar kerjaku ini, hatiku sedang tidak baik baik saja. Sedang ada badai, yang entah sengaja atau tidak sedang mampir kedalamnya. Aku sedang tidak baik baik saja. Beberapa waktu yang lalu, aku terpaksa harus menerima sebuah momen yang bahkan aku sendiri tidak mengerti hal itu mengapa bisa terjadi. Tetapi yang ingin aku sampaikan, aku memang tidak sedang baik baik saja.
            Beberapa hari yang lalu, duniaku runtuh. Bukan runtuh, diruntuhkan lebih tepatnya. Aku tidak akan menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi, tetapi yang pasti semua gelisah sedang pada dipuncak puncaknya. Kehilangan seseorang teman sekaligus sahabat dan juga orang penting dalam waktu yang sama bukan hal yang mudah tapi itu harus terjadi dan harus aku terima. Lukanya tidak akan sembuh dengan mudah, tapi mungkin waktu akan membantu menyembuhkannya, kata mereka. Keyakinanku sempat memudar, mataku sempat kabur, detak jantungku sempat tak beraturan, fisikku sempat lemah bahkan terganggu. Tapi ya mau tidak mau aku harus menerima, sebagian dari cerita dan resiko hidup yang harus diambil setiap manusia.
            Yang ingin aku sampaikan adalah, setiap duka akan terjadi pada hidup setiap manusia bagiamanapun bentuknya. Disetiap pilihan yang kau ambil, dalam hal kecil hingga  besar akan membawa resiko secara bersama sama. Karena pada hakikatnya kebahagiaan bersama sepaket dengan kesedihan, begitu teorinya. Aku sudah memilih untuk bahagia dengan dia, bersama dengan itu kesedihan juga hadir dan terpaksa mengambil dia dari hidupku and that’s ok. That would not be easy, but that’s life. We have to accept it. Sederhananya, ketika kamu memilih untuk bermimpi dan mendaftar apapun untuk meraihnya hanya akan ada dua kemungkinan. Kau akan gagal dengan kehilangan mimpi mimpimu, atau kau akan bahagia dan berhasil mendapatkannya. Iya, sepaket begitu maksudnya. Ketika kau ingin mencoba makanan baru disuatu resto karena itu hobimu, maka kau juga akan  ada dua kemungkinan yakni makanannya akan enak dan membuatmu bahagia atau makanannya mengecewakan dan kau pun kecewa. That’s life.
            Bahagia itu memang fana, tidak berupa tidak bisa dicari, tetapi bisa diciptakan. Kau tidak bisa memilih kau akan bahagia dengan siapa tapi kau bisa memilih bagaimana caramu bahagia. Setiap kesedihan akan hadir dalam hidupmu, tapi bersama dengan itu ada bahagia yang harus kamu nikmati bersamanya. Menari dalam hujan, kata sang penyair. Pun denganku sekarang, aku sedang mencoba mencari tenang dalam sedih dan kecewa melepas kepergiannya. Delapan tahun, tidak mendapatkan apa apa pasti ada bahagia dibaliknya. Oh iya, melihatnya bahagia dengan yang lain bukan hehe. Ya itu bagian dari rencananya and I accept that. Jadi menurutku jangan berusaha mencarinya, jalani saja yang ada. Bersyukur dengan step by step yang Allah beri hari ini. Karena kita gatau hikmah apa yang sedang Allah siapkan untukmu, surprise apa yang Allah siapkan untukmu. Tugas kita hanya berdoa dan berusaha, kalau masih gagal masih ada pilihan ketiga yaitu perbanyaklah keduanya.
            Tidak mudah, aku tau. AKupun juga berusaha kesana, ya walaupun kadang masih terseok seok but that’s ok mari nikmati perjalananya. Setidaknya kita berusaha kan? Tidak jalan ditempat dan menangisi kesedihan yang terjadi dihidup kita, apapun itu bentuknya. Kalau lelah, angkat kedua tanganmu sejajar dan rapalkan semua keluh kesahmu kemudian akhiri dengan amin. Kalau gagal, kita coba lagi ya? Mari mencoba bersama sama, nanti kita bertemu disana. Ditempat dimana aku akan melihatmu bahagia. Ditempat dimana mereka mengatakan padaku, badai akan berlalu dan akan ada pelangi setelah ini. Amin, semoga kamupun. Orang baik yang tengah berusaha ikhlas, atas kesedihan yang tengah menimpamu. Doa doa baik, semoga senantiasa melangit untukmu. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar