Minggu, 13 Agustus 2017

Diluar kemampuan seorang Aku.

Aku. Masih menjadi subjek disetiap tulisan yang aku tulis pada setiap paragafrafnya. Aku. Yang masih berusaha menahan sesak yang begitu membuncah didalam dada yang tak pernah ada akhirnya. Aku yang selalu menahan setiap lara namun membalutnya bersama senyum penuh lara yang seolah olah tersamar menjadi senyum penuh bahagia. Aku yang selalu memberikan terbaik untuk mereka yang selalu aku utamakan dan prioritaskan. Aku yang selalu berusaha melakukan terbaik untuk mereka yang aku tak bisa hidup tanpa mereka.Aku dan mereka,orang orang yang selalu aku doakan disetiap sujud setiap akhir perbincangan ku dengan Rabbku. Mereka yang selalu ku sebut namanya disetiap akhir doa yang kupanjatkan kepada rabbku. Mereka yang mengisi hidupku,yang begitu memiliki porsi penting disetiap tempat didalam hati dan juga pikiranku. Mereka yang membuatku kuat setelah rabbku. Mereka yang begitu penting didalam hidupku hingga tak pernah sanggup aku menyakitinya. Jangan hanya membuat sakit,hanya sekedar melihat dia menahan sesak dadanya saja aku tak sanggup. Aku. Begitu. Menyayangi. Mereka.

Begitu dalam rasa sayang yang kumiliki,tak terasa juga akulah sang tokoh yang tersakiti. Berperan sangat terpuji namun tetaplah aku yang menjadi objek didalam cerita ini. Akulah yang satu satunya menahan tangis ditengah tengah mereka. Aku lah yang menahan rasa hampa,luka dan patah asa. Aku lah yang menahan sesaknya dada hanya untuk memberikan senyuman tipis diwajah mereka. Aku lah mengalah hanya untuk sekedar membuat mereka lega. Terkadang aku merasa ketidak adilan ini begitu menyelimuti hingga membuatku jatuh terpuruk tak kuasa menahan perih. Hingga-mataku selalu berkunang kunang ketika melihat satu persatu mata orang yang kusayangi itu. Selalu ada bulir air mata ,selalu ada rasa sakit dibawah dada,selalu ada sesak yang tak pernah bisa dijelaskan saat mereka bertanya "kau kenapa". Kebahagiaan ataukah kesedihan ? Aku juga tak mengerti. Apa yang sedang ku rasakan. Seharusnya aku juga ikut tersenyum saat melihat satu persatu dari mereka bahagia. Melapangkan dadaku menerima apapun yang sudah mereka putuskan untuk ku. Untuk takdirku. Memilih tinggal dan peduli atau memilih pergi dan tidak peduli. Mataku terus saja berkunang kunang menahan agar setiap bulirnya tak jatuh dipipi. Agar tak ada yang melihat bahwa hatiku sedang tidak baik. Sedang membuncah tak baik,sedang bergerilya memberontak tak ada arah.

Aku,yang merasa memiliki mereka. Yang kupikir tak akan pernah merasakan sepi. Pada akhirnya aku sendiri. Dalam kesendirian air mata jatuh tak  bisa kukendalikan. Rintihan bibir seolah olah ingin berteriak tapi tak bisa kulakukan. Kuhanya menahan rasa sesak dadaku dan menutup mulutku rapat rapat agar tak menimbulkan suara ditengah tengah jatuhnya air mataku. Dalam kesepian aku meradang. Dalam kediaman aku tersungkur lemah tak berdaya. Dalam ketidak adilan aku sudah mempercayakan kebahagiaan yang ku kira akan membuatku lebih baik. Tak ada. Tak ada yang membuatku bisa baik hari ini. Aku sudah tak ada . Hatiku sudah rusak dan mati. Cintaku dan rasa kasihku sudah tak terasa didalam hati. Tersisa perih dan luka. Aku hanya bisa merajut sisa sisa harapan yang ada didalam dada untuk membuatku sedikit bergerak dari ketidakberdayaanku. Walaupun raut tak bisa kusembunyikan setelahnya,walaupun mata bengkak akan terlihat setidaknya aku bisa menyembunyikan hati yang sudah tak karuan bagaimana keadaannya. Aku. Kehilangan. Diriku sendiri. Aku sudah tak ada lagi. Aku sudah mati. Bersama mereka yang sudah memilih pergi.

Tidak lagi akan ada aku. Tidak lagi akan ada aku. Tidak lagi akan ada aku,yang peduli untuk mereka. Yang memilih membahagiakan mereka yang tak pernah memilih membahagiakan ku. Tidak lagi akan ada aku. Bulir air mata yang terjatuh menjadi saksi bisu mengapa aku tak mampu. Mengapa aku tak bisa. Mengapa aku tak kuasa menahan semuanya. Bagaimana bisa kuceritakan kepada mereka yang ku rasakan jika alasan yang menyakitiku adalah mereka? Bisakah kau jelaskan? Sanggupkah dirimu menceritakan batinmu yang tersiksa kepada mereka yang sudah membuatnya hancur dan berantakan. Sanggupkah dirimu? Kuyakin tak akan sanggup. Ku yakin kau tak akan bisa. Rasa sayangmu yang membuatmu pada akhirnya memilih mundur dan memilih menajamkan pisau lukanya kedalam dadamu. Kau saja yang memilih mati daripada mereka yang kau sayangi terlukai. Sudah kubilang kan? Semuanya tidak mudah,sayang. Tidak akan pernah mudah. Aku yang selalu dibersamai mereka yang kusayangi.nyatanya aku sendirian ,aku tak bisa apa apa,aku terluka,aku yang mengalah dan kemudian aku yang memilih mundur. Dan kemudian aku tak bisa bertahan untuk lebih lama. Tak akan ada lagi aku.

Selasa, 01 Agustus 2017

Teruntuk Kamu,Jodohku di Lauful Mahfuz

                Assalamualaikum kamu yang sedang menunggu indahnya penantian. Wahai kamu yang saat ini sedang berusaha mati matian memperbaiki diri untuk meraih RidhoNya. Kamu yang selalu tak henti kusebut namanya dalam setiap sujud disepertiga malamku. Mas. Yang kelak menjadi calon imamku nanti. Apakabar kamu sekarang? Mengapa kamu terlihat ragu seperti itu? Mengapa kau takut kita tak akan bertemu? Mas,percayalah Allahku tak akan pernah mengecewakanmu atau siapapun. Kita akan bertemu pada wakttu dimana takdir sudah mengizinkan episodenya untuk kita.
                Mas,Bukankah kita pernah bertemu di Lauful Mahfuz? Saat aku dan kamu belum diutus oleh Rabbku ke dunia yang fana ini. Kita pernah dipertemukan,bercengkrama bersama hingga kita sudah saling jatuh cinta bukan? Hingga pada akhirnya Allah mengutus kita ke dunia dan memberi ujian kepada kita untuk melupakan satu sama lain. Tapi tidakkah kita akan bertemu lagi di dunia? Bisajadi dengan cerita yang indah di atas kesucian cinta bernama pernikahan. Mas,percayalah walopun aku tak pernah tau bagaimana rupa dan fisikmu,aku sudah mencintaimu dan mendoakanmu disetiap sujudku. Tidakkah kau tau mas? Ku pendam rindu yang amat dalam ini agar aku Allahku tak cemburu. Kubisikkan rinduku kedalam sujudku yang kemudian mengangkasa bersama di langit dan mungkin kau bisa merasakannya,bukan?
                Untukmu ,jodohku di Lauful Mahfuz. Yang namanya sudah dituliskan berdampingan bersama dengan namaku di Lauful MahfuzNya. Aku sedang berusaha memperbaiki diriku mati matian agar aku bisa menjadi istri yang baik untukmu. Ibu yang baik untuk anak anak kita. Bukankah madrasah pertama bagi anak anaknya adalah ibunya? Iyakan mas? Mas,Aku sedang berusaha menjaga kehormatanku agar aku tak mengecewakanmu. Bukankah setiap istri adalah mahkota bagi suaminya? Aku tak ingin karena diriku kau harus merasakan pedihnya api neraka karena tak bisa membimbingku. AKu juga tak ingin kau yang menanggung dosa dosa yang sudah ku perbuat. Mas,Aku tau aku punya masa lalu yang sangat buruk begitupun juga dengan dirimu. Tapi sudahlah mas biarlah masa lalumu milikmu dan masa lalu milikku,tetapi masa depan adalah milik kita. Ku terima dirimu dengan segala kekurangan yang kau miliki,cukup dengan ridho Allah saja kita akan bahagia. Mas,kusedang belajar agama lebih dalam agar aku tak salah memperlakukan mu sebagai surgaku yang sesuai dengan syariat islam,aku tak ingin mengecewakanmu. Aku juga sedang menambah hafalan hafalanku agar aku bisa menemani anak anak kita untuk belajar al quran dan aku tidak malu ditanya olehnya.

                Wahai kamu jodoh yang sudah ditakdirkan untukku,aku akan selalu menunggumu dipintu rumahku. Menunggumu untuk bertemu ayahku dan segera menghalalkanku. Aku tak membutuhkan apapun untuk kau dapat mengkhitbahku,hanya dirimu dan keberanian mu saja itu sudah cukup. Niatkan karena allah mas,agar cinta kita di Ridhai Oleh Nya. Aku tak akan pernah letih menunggumu dan memperbaiki diriku menjaga kehormatanku hanya untukmu,hingga kau datang meminangku. Mas,Akan selalu kusampaikan rinduku disetiap sujudku untukmu.Akan selalu kusampaikan doaku untukmu,walaupun kita tak pernah bertemu. Aku mencintaimu karena Allah mas. Bahkan aku jatuh cinta padamu sedari aku belum pernah melihatmu,aku sudah jatuh cinta padamu dan merindukanmu. Aku tunggu kedatanganmu menemui ayahku mas,Semoga allah selalu menjagamu untukku. Barakallah fiikum,jodohku .