Kamis, 13 Februari 2020

Late Night Overthinking "Special Edition"

I have been through a lot bad days, i've been lost someone that i thought special for me, and i've been struggle over my anxiety. Tonight, i just thinking about them, all of them and luckily i can get through them, so i win. Yes, i win. Hmm, banyak sekali hari buruk yang terjadi secara bersamaan akhir akhir ini. Banyak sekali urusan urusan yang sebenernya mudah tapi tiba tiba jadi rumit, entah kenapa. Bahkan, yang parahnya lagi aku harus kehilangan orang yang aku pikir akan jadi tujuan terakhirku, selama ini. Aku pikir aku bakalan kalah sama anxietyku dan segala hal yang sedang mengekang pikiranku, but No im getting better day by day alhamdulillah. But yeah thats life. Aku punya teman teman yang bener bener support dan hebat dalam menemani dan memberi advice, mereka ada disana 24/7. Orang tua yang literally baiknya masyaAllah.

Aku pikir, aku gak bakalan bisa terus jalan maju. Move on dengan segala kesedihan yang ada, tapi ternyata aku salah. Allah jauh lebih tau semuanya, alhamdulillah im feeling somuch better than before. Aku mulai lagi merangkat, menulis mimpi mimpi, bertemu dengan teman teman lama, orang orang baru, membangun relasi dan seďang dalam proses mengerjakan project mimpi yang sudah aku pikirkan sepanjang hidup. Yang aku mau bagi ditulisan inj adalah kadang kesedihan itu dihadirkan dalam bentuk rupa, tapi bersama dengan itu bahagia itu sedang dipersiapkan dalam banyak cara. Tinggal kita mau atau tidak melangkah menuju kesana. Pelan pelan tidak masalah asal jangan berhenti. Jangan pernah berhenti, gagal tidak masalah tapi jangan berhenti.

Banyak yang bertanya
"emang gak susah move onnya"
"Kok ga pernah galau di social media"
Well, galau sedih pasti lah, tapi ngga semua hal orang harus tau. Kadang mereka cuma ingin tau, bukan benar benar peduli padamu. Jadi, lebih baik disimpan sendiri, kemudian ditumpahkan disetiap sujud pada tuhanmu. Yakan? Kalau ditanya apa ngga susah? Jelas susah. Kalo menurutku move on ngga soal melupakan orangnya/kenangannya tapi tetap melanjutkan hidup dengan atau tanpa dia disisi kita. Sampe sekarang kalo ditanya apa aku udah lupa 100%, jawabannya belum. Kalo ditanya apa masih keinget, masih. Tapi ya jalan aja terus, mau gimana lagi hehe. Kalau aku pribadi yang susah bukan menghilangkan kebiasaan bersama, tapi lebih ke menghilangkan dia dari target yang sudah aku susun didepan. Aku memang suka menulis target for a year, a month even every day. Dan aku sudah libatkan dia disana, seperti aku bikin target ini supaya kita...
Aku bikin ini biar kita bisa....
Aku ngelakuin ini biar aku dan dia bisa...
Bahkan nggak jarang, kalau semisal ada keputusan yang mau aku ambil selalu didiskusikan dengan dia. Dan always, i follow his advice. Kalau muncul pertanyaan "berarti kamu sudah mulai serius?" Kalo dari aku ofcourse yes. Karena kita udah 20 tahun ngga saatnya percakapan cuma tentang "kamu udah makan apa belum" yagasih? Yang paling susah lagi, nge explain ke orang tua kalau semuanya udah selesai itu juga berat, tapi ya gimana mau gak mau harus pelan pelan supaya mereka mengerti kadang ngga semua hal harus ikut maunya kita.
But yeah, he already left. So ya i have to start everything from the beginning. Nyusun target ulang, dengan menghilangkan dia disetiap poinnya. Jujur itu susah, karena buat orang yang keras kepala kaya aku, i already trust him and yea you know lah. My trust bigger than my jealousy amd my doubt. I thought we were fine, but Allah has another plan for us, jadi ya mau apa? Dan didalam hati yang paling dalam, nggak pernah ada benci, kecewa atau apapun because i really respect his decision. If it makes him happy so why i dont? Kaya gitulah simpelnya. Kalau ditanya "Emang gak pengen ngechat atau gimana gitu" jawabannya pengen tapi i wont do that. Karena i really respect his decision, balik lagi. This is what he want, so yeah this is for his happiness. Daripada ganggu dan cuma bikin annoying aja kan buat apa. He already happy with his life so why we still trying to disturb them. Kalau masih keinget ya mending doain aja yang baik baik. InsyaAllah bermanfaat bagi kita dan dia.

Jadi sebenernya poinnya di mau gak mau hidup bakalan terus kasih kita surprise. Tapi ya siap ga siap kita harus siap dan jalanin aja. Mau sedih senang kecewa semua bakalan kelewat kok, percaya deh. Yang penting jalan aja terus, jangan pernah berhenti apalagi puter balik. Kalo ditanya apa aku sedih? Ya jelas, i ever locked my self in my room for 2 days but my friends told me everything will be fine. And here i am, standing alone and healing from the pain. Lukanya memang belum sembuh, tapi aku sudah berdamai dengan semuanya. Tidak ada dendam, tiďak ada marah kecewa atau apapun, mungkin lebih ke ikhlas sama apa yang terjadi. Thats the point. Ikhlas sama apa apa yang allah kasih, ikhlas sama apa apa yang allah rencanakan. Mengetahui kalo yang terjadi ngga mungkin tanpa hal baik, kita pasti tenang apapun itu yang bikin sedih.

Jadi, kalo hari ini kamu sedih. Gapapa, its normal. Sedih aja, nangis aja jangan denial apa apa. Terima rasa sakitnya, galau aja gapapa. Jangan malah kaya "ngga aku gapapa aku bakalan baik baik aja" nggak jangan. Terima aja, nangis aja sampe kamu capek sendiri. Manusia itu ada batasnya kalaupun kamu nangis dan sedih pasti capek kok percaya deh. Setelah itu, kamu bakaln realize dan ngeliat semua hikmah indah dibalik kesedihanmu. Setelah itu, lanjutkan hidupmu jangan lama lama. Karena didepan nanti juga mungkin ada kesedihan yang sama atau lebih besar dan kamu akan menghadapinya lagi dan kemudian terlatih. Kalau kata pepatah, terbentur, terbentur,terbentur dan kemudian terbentuk.

Sampai hari ini, aku masih mendoakan segala hal yang baik, untukmu untuk dia untuk siapapun yang tengah membaca ini. Semoga allah melimpahkan kita rahmat dan kekuatan, untuk senantiasa bersyukur sama apa yang kita miliki hari ini. Tulisan ini ditulis tengah malem, karena nggak bisa tidur. Jadi, mulai menyatukan pikiran pikiran yang kemudian muncul dan disusun di paragraf paragraf ini. Semoga bermanfaat, Selamat berbahagia ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar