PERAN MAHASISWA BAGI BANGSA
MAHASISWA adalah generasi muda yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa
terbangun oleh citra diri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul
tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan
tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga
bangsa dan negara.
Siapa Mahasiswa ?
Kata
Mahasiswa dibentuk dari dua kata dasar yaitu “maha” dan “siswa”. Maha
berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang
belajar. Kombinasi dua kata ini menunjuk pada suatu kelebihan tertentu
bagi penyandangnya. Di dalam PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi
disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar pada perguruan tinggi tertentu (Bab I ps.1 [6]), yaitu lembaga
pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan / atau profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau kesenian. (Bab II ps. 1 [1]). Dengan demikian,
mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan
“elit” intelektual dengan tanggung-jawab terhadap ilmu dan masyarakat
yang melekat pada dirinya, sesuai dengan “tridarma” lembaga tempat ia
bernaung.
Mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada
tataran elit karena kelebihan yang dimilikinya, yang dengan demikian
mempunyai kekhasan fungsi, peran dan tanggung-jawab.
Dari
identitas dirinya tersebut, mahasiswa sekaligus mempunyai tanggung jawab
intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggungjawab moral
Bagaimana bentuk peran mahasiswa?
•
Peran dalam Memperdalam dan mengembangkan diri di dalam pembidangan
keilmuan yang ditekuninya sehingga dapat memiliki kemampuan untuk
memikul tanggung jawab intelektualnya.
• Merupakan jembatan antara
dunia teoritis dan dunia empiris dalam arti pemetaan dan pemecahan
masalah-masalah kehidupan sesuai dengan bidangnya.
• Merupakan dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik. (agen perubahan).
• Sekaligus merupakan kontrol terhadap perubahan sosial yang sedang dan akan berlangsung.
Potret peran Mahasiswa dalam pentas sejarah Indonesia
Peran
dan posisi mahasiswa dalam perspektif kehidupan berbangsa dan
bernegara, merupakan diskursus yang menarik sepanjang dinamika kehidupan
mahasiswa. Hampir menjadi kenyataan yang lazim bahwa gerakan mahasiswa
terutama di dunia ketiga memainkan peran yang sangat aktif pada posisi
sentral di dalam perubahan sosial-politik, dan hampir tak satupun
penguasa di negara-negara berkembang yang mengabaikan posisi sosial dan
pentingnya representasi politik serta dampak aspirasi dari golongan muda
berpendidikan tinggi ini. Sehingga para pemerhati sosial tidak
mengabaikan fungsi mereka dalam sistem sosial politik baik di negeri
maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia.
Dalam arti yang
luas, ideologi berisi tatanan nilai yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai pedoman untuk menjalankan kehidupan bersama dalam rangka meraih
harapan-harapan mereka. Tatanan nilai tersebut berasal dari tradisi atau
adat-istiadat dan dapat pula bersumber dari ajaran agama.
Untuk
memahami perkembangan kehidupan ideologi mahasiswa, yang harus
diperhatikan adalah arus perubahan dan pergeseran fokus peranan
mahasiswa dari tahapan proses yang satu kepada proses lainnya. Perubahan
intensitas aktifitas ideologi mahasiswa dipergunakan sebagai petunjuk
untuk memahami pergeseran fokus peranan tersebut. Banyak predikat yang
disandang mahasiswa kaitannya dengan ideologi yang diperjuangkan,
horison mahasiswa yang menempatkan pada posisi strategis inilah yang
mungkin menjadikan fungsinya sebagai agent of social change dan man of
analysis, menjadi jargon yang dimitoskan.
Dalam kurun waktu
sejarah gerakan mahasiswa yang strategi dan menonjol dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pertama, terjadi pada kurun waktu 1910-an
sampai dengan 1930, kedua pada era 1960-an.
Peran ideologi
mahasiswa tahun 1910-an sampai dengan 1930-an terfokus pada peran
penggagas, yaitu menysun, menafsirkan serta memulasikan pemikiran
tentang segenap aspek kehidupan bermasyarakat yang berasal dari
masyarakat asing dan masyarakat sendiri menjadi ideologi yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya sendiri. Mahasiswa dari
generasi Soetomo 1910-an dan generasi Soekarno-Hatta 1920-an, adalah
pemikir-pemikir yang meletakkan dasar ideologi nasiolnalisme bagi bangsa
Indonesia di kemudian hari. Nasionalisme merupakan fokus dari
keseluruhan ideologi yang digagaskan oleh mahasiswa 1910-1930-an.
Pada
tahun 1940-an gerakan mahasiswa mengalami pergeseran peran, peran
penggagas tidak lagi menonjol. Gerakannya lebih terfokus pada sebagai
pendukung dan penerap dari ideologi yang sudah ada. Dekade 1950-an dunia
mahasiswa kembali disegani, sekalipun kemandirian dan peran sebagai
penggagas semakin menipis. Hal ini di latarbelakangi oleh dominannya
peran politik profesional didalam kehidupan politik. Politisi sipil yang
dominan saat itu berasal dari tokoh politik yang mengalami sosialisasi
politik tahin 1910, 1930-an di kampus dalam dan luar negeri (Eropa).
Pada era ini kampus sebagai lembaga lembaga pendidikan tinggi
terbelenggu pengaruh politisi dari partai politik sebagai kekuatan
dominan. Akibatnya, kampus dan mahasiswa mengikuti pola persaingan antar
partai dan terpecah berdasarkan politik aliran.
Perjalanan
Indonesia era 1910-an sampai 1950-an, menempatkan kekuatan sipil yang
berasal dari kaum intelektual (mahasiswa) sebagai sumber kepemimpinan
bangsa yang dominan. Akan tetapi sejak yahun 1960-an kekuatan militer
muncul sebagai suatu sumber kepemimpinan bangsa yang dominan. Fungsi
parpol bersama ormas pengikutnya sebagai sumber kepemimpinan merosot
bersama penurunan peran politiknya. Namun yang perlu dicatat dalam
sejarah gerakan mahasiswa, pada era 1960-an peran ideologi mahasiswa
meningkat tajam. Gerakan idiologi masa ini, melahirkan angkatan 1966.
Dekade 1960-an dengan angkatan 1966-nya telah membentuk identitas sosial
mahasiswa sebagai sebuah kekuatan sosial politik. Persepsi dan konsepsi
tentang peran sosial ini, terbentuk dan menguat sejalan dengan tegaknya
hegemoni pemerintahan orde baru.
Di satu sisi lahirlah Orde
Baru seiring dengan kehendak gerakan mahasiswa, sehingga gerakannya
mendapat dukungan kekuatan-kekuatan establishment (ABRI). Disisi lain
arus perubahan menuju terbentuknya keuatan orde baru sebenarnya
berangkat dari keinginan militer dan teknorat untuk lebih memerankan
diri dalam konstalasi kehidupan bangsa dan negara setelah melihat
kebobrokan dan kegagalan kekuatan sipil pada pemerintahan demokrasi
terpimpin. Keinginan militer ini diwujudkan dalam Doktrin Dwi Fungsi
ABRI diaman ABRI disamping sebagai kekuatan HANKAM juga memiliki peran
sosial politik.
Lakon yang dimainkan mahasiswa angkatan 66
berada dalam panggung sejarah yang romantis, di dalamnya terjadi aliansi
segitiga yang harmonis antara militer, teknokrat, dan mahasiswa.
Ketiganya merupakan bagian lapisan elit intelegensia yang bakal
mengobarkan gagasan modernisasi. Dengan kata lain disamping militer
teknokrat, mahasiswa juga dipercaya sebagai agen modernisasi atau
pembangunan.
Dekade 1970-an aliansi ini pecah akibat berubahnya
orientasi dan strategi pemerintahan orde baru. Cita-cita awal gerakan
orde baru sudah tidak sesuai dengan idealisme dan ideologi mahasiswa.
Akibatnya, hampir sepanjang era 1970-an terjadi protes, kritik, petisi,
selebaran dan lobi yang diarahkan kepada pemerintahan orde baru. Gerakan
ini bermuara pada persoalan demokrasi, peran militer, dan pembangunan
ekonomi. Akibatnya gerakan mahasiswa semakin berhadapan dengan kekuatan
represif, yang mengutamakan stabilitas nasional dalam upaya menjaga
kelangsungan pembangunan nasional. Pada gilirannya gerakan mahasiswa
mengalami kemerosotan yang sangat tajam, yang belum pernah terjadi dalam
gerakan mahasiswa di Indonesia. depolitisasi dan deparpolisasi, melalui
penerapan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi
Kampus) menjadi senjata pamungkas hegemoni Orba terhadap kehidupan
mahasiswa. Lalu kepada mahasiswa yang melanggar NKK/BKK diberikan sanksi
akademik yang berat, mulai dari skorsing sementara atau terbatasnya
sampai kepada pemecatan bahkan dipenjarakan.
Dekade 1980-an
adalah masa-masa mandul peran mahasiswa dalam kancah sosial-politik
karena perannya dipersempit dalam peran profesional saja. Dalam
masa-masa ini terjadi proses-proses penggugatan dan penyadaran terhadap
peran sosial-politik mahasiswa. Upaya ini tampak berbuah ketika pada era
1990-an angin perubahan di dalam diri mahasiswa mulai berhembus, yang
berujung pada munculnya generasi reformasi pada tahun 1990-an akhir ini.
----------------------------------------------------------------------------------------
Mahasiswa
memang menjadi komunitas yang unik di mana mahasiswa selalu menjadi
motor penggerak perubahan. Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang
dapat merasakan dan mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan hingga ke
jenjang ini karena system perekomian di Indonesia yang kapitalis serta
biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian
hidup rakyat ini . Adapun peran mahasiswa dalam kehidupan sosial
mastarakat yaitu :
Peran moral
Mahasiswa
yang dalam kehidupanya, tidak dapat memberikan contoh dan keteladanan
yang baik dan telah meninggalkan amanah dan tanggung jawabnya sebagai
kaum terpelajar. Jika hari ini kegiatan mahasiswa berorientasi pada
hedonisme (hura – hura dan kesenangan), lebih suka mengisi waktu luang
mereka dengan agenda rutin pacaran tanpa tahu tentang peruban di negeri
ini, dan jika hari ini mahasiswa lebih suka dengan kegiatan festival
musik dan kompetisi (entertainment) dengan alasan kreatifitas, dibanding
memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat dan mengalihkan
kreatifitasnya pada hal – hal yang lebih ilmiah dan menyentuh kerakyat,
maka mahasiswa semacam ini adalah potret “generasi yang hilang “yaitu
generasi yang terlena dan lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang pemuda dan mahasiswa.
Peran sosial
Mahasiswa
harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain
solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat
kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh
serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa
melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat poenderitan rakyat,
tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja.
Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan
baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Betapa
peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme ,dan rakyat dapat merasakan
bahwa mahasiswa adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari rakyat,
walaupun upaya yang sistimatis untuk memisahkan mahasiswa dari rakyat
telah dan dengan gencar dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak ingin
rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika ummat yang terjadi.
Peran Akademik
Sesibuk
apapun mahasiswa, turun kejalan, turun ke rakyat dengan aksi sosialnya,
sebanyak apapun agenda aktivitasnya jangan sampai membuat mahasiswa itu
lupa bahwa mahasiswa adalah insan akademik. Mahasiswa dengan segala
aktivitasnya harus tetap menjaga kuliahnya. Setiap orang tua pasti ingin
anaknya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil. Maka sebagai
seorang anak berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan
keinginan itu, untuk mengukir masa depan yang cerah .
Peran yang satu
ini teramat sangat penting bagi kita, dan inilah yang membedakan kita
dengan komonitas yang lain ,peran ini menjadi symbol dan miniatur
kesuksesan kita dalam menjaga keseimbangan dan memajukan diri kita. Jika
memang kegalan akademik telah terjadi maka segeralah bangkit,”nasi
sudah jadi bubur maka bagaimana sekarang kita membuat bubur itu menjadi “
bubur ayam spesial “. Artinya jika sudah terlanjur gagal maka tetaplah
bangkit seta mancari solusi alternatif untuk mengembangkan kemampuan
diri meraih masa depan yang cerah di dunia dan akhirat.
Peran politik
Peran
politik adalah peran yang paling berbahaya karena disini mahasiswa
berfungsi sebagai presseur group ( group penekan ) bagi pemerintah yang
zalim. Oleh karena itu pemerintah yang zalim merancang sedemikian rupa
agar mahasiswa tidak mengambil peran yang satu ini. Pada masa ordebaru
di mana daya kritis rakyat itu di pasung, siapa yang berbeda pemikiran
dengan pemerintah langsung di cap sebagai kejahatan terhadap negara.
Pemerintahan Orba tidak segan-segan membumi hanguskan setiap orang-orang
yang kritis dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah yang melarang
keras mahasiswa beraktifitas politik. Dan kebijakan ini terbukti ampuh
memasung gerakan – gerakan mahasiswa yang membuat mahasiswa sibuk dengan
kegiatan rutinitas kampus sehinngga membuat mahasiswa terpenjara oleh
system yang ada.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar dinamis yang penuh
dengan kreativitas. Mahasiswa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari rakyat. Sekarang mari kita pertanyakan pada diri kita yang memegang
label Mahasiswa, sudah seberapa jauh kita mengambil peran dalam diri
kita dan lingkungan.
sumber : http://peran-mahasiswa.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar