Almamater (alma mater) sebuah kata yang sangat akrab di telinga mahasiswa pada umumnya yang dapat merujuk pada sebuah pakaian berupa Jas dengan warna khas masing-masing kampus. Salahkah hal tersebut? Tidak. Memang jas kebanggan sekaligus symbol setiap kampus itu dinamakan jas almamater.Alamamater atau alma mater sebuah kata serapan yang berasal dari bahasa latin dengan arti “ibu susuan”, ibu susuan atau inang penyusu sendiri adalah seorang yang dipakai pada zaman dahulu untuk mengasuh dan merawat sekaligus memberikan susu pada seorang bayi yang biasanya berasal dari kaum bangsawan. Pada masa itu seorang ibu susuan berperan penting bagi perkembangan sang bayi. Dapat dikatakan keberlangsungan hidup sang bayi dari segi kesehatan maupun pertumbuhan tergantung pada ibu susuan tersebut.
Berdasarkan falsafah inilah maka lembaga akademik atau perguruan tinggi pada khususnya menyerap istilah almamater untuk menyebut perguruan tinggi tempat mahasiswa belajar, Makna harfiah dari almamater memberikan sebuah pemahaman mendalam terhadap penyebutan perguruan tinggi dengan istilah tersebut. Perguruan tinggi yang melembaga menjadi ibarat ibu susuan bagi mahasiswanya, mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga dihimpun dalam suatu wadah untuk diproses dalam proses pendidikan formal demi memberikan sebuah nilai tambah terhadap mahasiswa tersebut. Perguruan tinggi adalah “orang tua” kedua yang berperan memberikan asupan “makanan” (baca: pengetahuan) yang bermanfaat dalam pertumbuhan mahasiswa tersebut.
Dalam beberapa kesempatan ketika saya mengikuti kegiatan di luar kampus, saya menyempatkan diri melakukan sebuah “riset kecil” terhadap beberapa orang teman baik dari kampus saya maupun dari kampus lain mngenai pengetahuan terhadap arti almamater, dan sebuah fakta mengejutkan dari beberapa teman tersebut, 95% tidak mengetahui arti dan makna dari almamater. Sebuah fakta yang sungguh miris terjadi di kalangan orang-orang yang kebanyakan notabene adalah aktivis mahasiswa di kampusnya masing-masing. Inilah fakta yang harus saya hadapi. Padahal dengan penuh kebanggaan dalam berbagai kesempatan sebagai aktivis kerapkali kita menggunakan kata “alamamater”, sebuah kata yang seringkali dianggap sakral sebagai sebuah symbol perlindungan dan kebesaran, dalam berbagai even ketika sebuah pengakuan akan status “kemahasiswaan” dibutuhkan maka mengenakan jas almamater seakan memberikan sebuah legitimasi bahwa inilah kami mahasiswa Indonesia.
Sebuah fakta lain yang cukup menggelitik terjadi dikampus saudara saya tatkala selesai kegiatan orientasi mahasiswa baru selesai dan adanya pembagian jas almamater, selama kurun waktu sekitar 1 BULAN seakan tak asing melihat teman-teman mahasiswa baru (kala itu) mondar-mandir mengenakan jas almamater di sekeliling kampus. Salahkah hal itu? Tidak!! Tidak ada yang salah, saya sangat memahami euforia dari teman-teman yang berada dalam masa peralihan dari siswa menjadi mahasiswa. Tidak ada yang salah, karena di kegiatan orientasi mahasiswa barupun tidak pernah ada sebuah materi khusus yang membahas mengenai almamater. Namun sekarang mari bersama kita menyamakan persepsi dan pemahaman mengenai almamater. Kita harus mulai memahami bahwa almamater merupakan sebuah symbol kebanggaan, sebuah bentuk eksistensi dan sebuah benda yang sakral (dalam perspektif mahasiswa). Mengapa disebut “jas” almamater? Karena “jas” merupakan sebentuk pakaian kebesaran yang digunakan hanya pada moment-moment tertentu. Pernakah kita melihat ada orang yang mengenankan jas ketika berbelanja ke pasar? Tidak!!! Karena penggunaan jas dipahami hanya dapat digunakan pada waktu-waktu tertentu.
Sekarang, kapan waktu yang tepat untuk mengenakan jas almamater? Dari uraian yang cukup panjang dan lebar di atas, setidaknya kita sudah dapat mengambil sedikit kesimpulan bahwa penggunaan jas almamater hanya dapat digunakan pada waktu-waktu tertentu. Waktu-waktu tertentu seperti apa? Ya,, ketika kita ingin menampilkan diri sebagai sosok mahasiswa dan ketika legitimasi diperlukan itulah saat yang tepat kita menggunakan jas almamater. Saat kegiatan yang membutuhkan ditunjukannya identitas kita sebagai mahasiswa dan ketika kita berjuang.
Saat saya mencari informasi tentang almamater saya menemukan beberapa artikel yang menunjukkan adanya almamater yang bersimbah darah dari korban perjuangan 1998, ketika mahasiswa bergerak menumbangkan rezim orde baru. Ketika demonstrasi besar tahun 1998 dan yang terkini demonstrasi menolak kenaikan BBM tahun 2012, lautan mahasiswa dengan berbagai macam warna almamater di depan gedung MPR/DPR RI bagaikan sebuah lautan dengan kekuatan yang sewaktu-waktu dapat meluluh lantakan rezim bangsa ini
. Itulah hakekat dari almamater yang sebenarnya, alamater adalah kebanggan dari seorang mahasiswa, almamater adalah symbolisasi dari sebuah perjuangan, kita harus menghayati dan memahami sehingga dalam prakteknya timbul sebuah rasa cinta dan penghormatan terhadap almamater tersebut yg dibuktikan dengan memakai dan dan menempatkan almamater sesuai dengan porsi, waktu dan tempatnya.
Hidup Mahasiswa!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar